![]() |
Hasil pekerjaan P3-TGAI di Baksel, Banten. Poto: Dokumentasi LineNews.id |
Indikator banyaknya kelompok dadakan dan penetapan DI (daerah irigasi) yang tidak tepat sasaran mencuat berdasarkan pengakuan salah satu anggota kelompok P3A yang mengaku mengajukan proyek P3TGAI pada tahun sebelumnya, namun saat program yang didanai oleh APBN tersebut turun, justru kata dia, yang menggarap proyek tersebut malah kelompok baru yang diduga legalitas kelompoknya baru terbentuk berbarengan dengan program turun dari Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSCCC).
"Jauh sebelumnya, kami membentuk kelompok P3A lengkap dengan legalitas yang diperlukan, kami juga sudah menempuh pengajuan dan mempunyai bukti bahwa pengajuan kami diterima oleh balai, namun saat program turun justru kelompok dadakan yang mengerjakan proyek, bukan kelompok kami," tutur sumber LineNews.id yang tidak mau disebutkan identitasnya, Senin (4/9/23).
Saat Wartawan mencoba mengkonfirmasi, justru sikap problematik ditunjukan oleh oknum ketua P3A yang diduga dadakan dengan memblokir kontak WhatsApp wartawan.
Dugaan persoalan yang mengindikasi adanya perilaku koruptif, semakin diperkuat dengan adanya komentar status WhatsApp seseorang yang kabarnya mengajukan program P3-TGAI untuk DI di desanya. Dalam komentarnya yang bersangkutan menyebut angka Rp30 juta, "Setorana 30 juta," kata dia saat mengomentari.
Selain itu, kepada wartawan, salah seorang aktivis yang siap dipublish identitasnya jika diperlukan, mengaku mendapatkan sejumlah uang melalui transfer dari seseorang yang diduga tangan kanan dari anggota Dewan Provinsi yang disebut-sebut sebagai aspirator P3-TGAI di Kabupaten Lebak.
"Saya dapet 500 ribu dari dia (seseorang diduga sebagai tangan kanan anggota dewan-red), masih ada bukti transfernya," katanya.
Sampai berita ini diterbitkan, wartwan sudah mengkonfirmasi pihak BBWSCCC melalui email yang tertaut di akun IG @pupr_sda_bbwsc3 dan belum mendapatkan jawaban. (KW)
0 Komentar